Kiat Menghafal Al Qur’an (2)


Sebelumnya telah diulas mengenai modal awal untuk menghafal Al Qur’an.
Ringkasnya modal yang harus dimiliki adalah punya motivasi yang kuat untuk
menghafal Al Qur’an karena mengingat keutamaanya yang luar biasa. Lalu
luruskanlah niat untuk ikhlas pada Allah. Pantangan besar yang harus dijauhi
adalah maksiat. Lalu rajin dalam mengulang hafalan. Berikut kami jelaskan
bagaimana kiat lebih detailnya.
Pertama: Mulai menghafal dari satu mushaf, tidak berganti-ganti.
Karena inilah di antara sebab yang membuat kita cepat lupa. Perlu diketahui
bahwa ketika kita telah menghafal satu halaman mushaf, maka kita biasanya akan
bergantung dan ingatan kita akan selalu mengarah ke lembaran yang telah kita
hafal. Posisi ayat yang telah dihafal akan diketahui di atas, ataukah di bawah,
di kanan ataukah di kiri. Sehingga jika kita berganti-ganti mushaf, itu akan
menyulitkan kita sendiri. Jadi pilihlah satu mushaf standar untuk hafalan kita
seperti mushaf Madinah. Dan lebih bagus lagi memilih yang berukuran kecil agar
bisa di bawa ke mana-mana dan mudah ditaruh di saku.
Kedua: Berusaha setiap harinya menetapkan target hafalan, misalnya
sebanyak satu atau setengah halaman mushaf, atau mungkin hanya satu ayat setiap
harinya, namun rutin dihafal.
Ketiga: Mulai membaca ayat pertama dan diulang sampai 20 kali.
Lalu membaca ayat kedua, diulang sampai 20 kali, sampai membaca seluruh ayat dalam
setengah halaman dengan pengulangan yang sama. Lalu mengulang ayat dalam
setengah halaman tadi secara keseluruhan dengan pengulangan sebanyak 20 kali.
Kemudian sisa setengah halaman yang ada dibaca dan dilakukan pengulangan dengan
cara yang sama dengan sebelumnya.
Keempat: Jika ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya,
maka sebelum menambah dengan hafalan baru, bacalah hafalan lama dari ayat
pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali. Hal ini supaya hafalan tersebut kokoh
dan kuat dalam ingatan. Kemudian barulah memulai hafalan baru dengan cara yang
sama seperti yang dilakukan ketika menghafal ayat-ayat sebelumnya.
Jika tidak melakukan seperti ini,
bila kita hanya rajin menambah hafalan, itu bisa membuat hafalan
sebelum-sebelumnya hilang. Jadi rajinlah muroja’ah (mengulang hafalan) daripada
menambah hafalan baru atau rajinlah menggabungkan kedua-duanya. Kita bisa terus
mengulang seperti ini dalam shalat-shalat sunnah kita seperti dalam shalat
rawatib atau shalat tahajud.
Kelima: Setorkan hafalan pada guru atau partner yang bisa
membenarkan bacaan jika salah, lebih baik lagi pada para hafizh quran.
Keenam: Pilih waktu terbaik untuk menghafal quran. Misalnya untuk
mengulang hafalan adalah di waktu Shubuh, sedangkan menambahnya adalah di malam
hari sebelum tidur, lalu disetorkan. Atau bisa pula gunakan waktu antara adzan
dan iqomah, atau waktu sebelum atau sesudah shalat lima waktu untuk menambah
dan mengulangi hafalan. Waktu-waktu senggang pun ketika berada di antrian,
berada di taxi, itu pun bisa diisi dengan hafalan. Keep your time in the
useful things ...
Ketujuh: Lebih baik menghafal dari surat An Naas (belakang mushaf)
hingga bagian depan karena itu lebih mudah. Jika melakukan seperti ini, kita
akan mulai menghafal dari ayat-ayat yang pendek dan mudah diingat. Apalagi kita
akan sering mendengar ayat-ayat yang berada di belakang mushaf karena imam
masjid seringnya membaca surat-surat pendek sehingga hal ini akan mudah
mengokohkan hafalan kita.
Kedelapan: Menetapkan waktu untuk muroja’ah (mengulang hafalan).
Misalnya satu hari punya target menambah hafalan sebanyak 1 halaman, sedangkan
muroja’ah sebanyak 4 halaman s/d 1 juz. Ini bertujuan agar hafalan yang telah
lalu tetap terus terjaga dan kita bisa kontinu untuk menambah hafalan baru.
Lalu tetapkan waktu pula misalnya jika kita telah menghafal 5 juz Al Qur’an,
maka tetapkan waktu selama 2 minggu untuk mengulang 5 juz itu saja, lalu
setelah itu baru menambah hafalan yang baru. Intinya, jangan terburu-buru
menambah hafalan sebelum mengulang hafalan yang telah ada.
Kesembilan: Setiap yang menghafalkan Al Qur’an pada 2 tahun pertama
biasanya akan mudah hilang apa yang telah ia hafalkan, masa ini disebut masa
"tajmi'" (pengumpulan hafalan), maka jangan bersedih karena
sulitnya mengulang atau banyak kelirunya dalam hafalan, ini merupakan masa
cobaan bagi para penghafal Al Qur’an, dan ini adalah masa yang rentan dan bisa
menjadi pintu syetan untuk menggoda dan berusaha untuk menghentikan dari
menghafal, maka jangan pedulikan godaannya dan teruslah menghafal, karena
menghafal Al Qur’an merupakan harta yang sangat berharga dan tidak tidak
diberikan kecuali kepada orang yang dikaruniai Allah Ta’ala.
Akhirnya kita memohon kepada-Nya
agar termasuk menjadi hamba-hamba- Nya yang diberi taufiq untuk menghafal dan
mengamalkan kitabNya dan mengikuti sunnah nabi-Nya dalam kehidupan yang fana
ini.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ
يَسَّرْنَا الْقُرْآَنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan
sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang
yang mengambil pelajaran?” (QS. Al Qomar: 17).
Semoga
Allah menjadikan kita menjadi ahli Al Qur’an, mudah menghafal dan
mentadaburinya.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad.
Referensi:
- Penjelasan Syaikh Dr. Al Muhsin bin Muhammad Al Qosim, imam dan khotib Masjid Nabawi pada situs ahlalhdeeth.com
- Berbagai sumber bacaan di internet
- Pengalaman penulis yang berusaha untuk menjadi ahli al quran.
@ Sabic Lab, Riyadh KSA, 5 Muharram
1432 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.remajaislam.com
Label: Agama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar