Pemuda dalam Kisah Ashabul Ukhdud


Ada kisah menarik yang bisa diambil
pelajaran oleh para pemuda. Kisah ini disebut dengan kisah ashabul ukhdud.
Kisah ini menceritakan pemuda yang teguh imannya, walau didera berbagai
siksaan.
Kisah ini disebutkan dalam firman
Allah,
“Demi langit yang mempunyai gugusan
bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.
Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan
dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka
menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan
mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang
mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.”
(QS. Al Buruj: 1-9).
Kisah selengkapnya mengenai Ashabul
Ukhdud diceritakan dalam hadits yang panjang berikut.
Dari Shuhaib, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu ada seorang raja dari golongan umat
sebelum kalian, ia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir tersebut
berada dalam usia senja, ia mengatakan kepada raja bahwa ia sudah tua dan ia
meminta agar dikirimkan anak yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya. Maka ada
seorang anak yang diutus padanya. Tukang sihir tersebut lalu mengajarinya.
Di tengah perjalanan ingin belajar,
anak ini bertemu seorang rahib (pendeta) dan ia pun duduk bersamanya dan
menyimak nasehat si rahib. Ia pun begitu takjub pada nasehat-nasehat yang
disampaikan si rahib. Ketika ia telah mendatangi tukang sihir untuk belajar, ia
pun menemui si rahib dan duduk bersamanya. Ketika terlambatnya mendatangi
tukang sihir, ia dipukul, maka ia pun mengadukannya pada rahib. Rahib pun
berkata, “Jika engkau khawatir pada tukang sihir tersebut, maka katakan saja
bahwa keluargaku menahanku. Jika engkau khawatir pada keluargamu, maka
katakanlah bahwa tukang sihir telah menahanku.”
Pada suatu saat ketika di waktu ia
dalam keadaan yang demikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ
ada seekor binatang besar yang menghalangi orang banyak (di jalan yang dilalui
mereka). Anak itu lalu berkata, “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah
penyihir itu yang lebih baik ataukah rahib itu.” Ia pun mengambil sebuah batu
kemudian berkata, “Ya Allah, apabila perkara rahib itu lebih dicintai di
sisi-Mu daripada tukang sihir itu, maka bunuhlah binatang ini sehingga
orang-orang banyak dapat berlalu.” Lalu ia melempar binatang tersebut dan
terbunuh. Lalu orang-orang bisa lewat. Lalu ia mendatangi rahib dan
mengabarkan hal tersebut. Rahib tersebut pun mengatakan, “Wahai anakku, saat
ini engkau lebih mulia dariku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat sesuai apa
yang saya lihat. Sesungguhnya engkau akan mendapat cobaan, maka jika benar
demikian, janganlah menyebut namaku.”
Anak itu lalu dapat menyembuhkan
orang buta dan yang berpenyakit kulit. Ia pun dapat menyembuhkan orang-orang
dari berbagai macam penyakit. Berita ini pun sampai di telinga sahabat dekat
raja yang telah lama buta. Ia pun mendatangi pemuda tersebut dengan membawa
banyak hadiah. Ia berkata pada pemuda tersebut, “Ini semua bisa jadi milikmu
asalkan engkau menyembuhkanku.” Pemuda ini pun berkata, “Aku tidak dapat
menyembuhkan seorang pun. Yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah. Jika engkau
mau beriman pada Allah, aku akan berdo’a pada-Nya supaya engkau bisa
disembuhkan.” Ia pun beriman pada Allah, lantas Allah menyembuhkannya.
Sahabat raja tadi kemudian
mendatangi raja dan ia duduk seperti biasanya. Raja pun bertanya padanya,
“Siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?” Ia pun menjawab, “Rabbku.” Raja pun
kaget, “Apa engkau punya Rabb (Tuhan) selain aku?” Sahabatnya pun berkata,
“Rabbku dan Rabbmu itu sama yaitu Allah.” Raja tersebut pun menindaknya, ia
terus menyiksanya sampai ditunjukkan anak yang tadi. (Ketika anak tersebut
datang), raja lalu berkata padanya, “Wahai anakku, telah sampai padaku berita
mengenai sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta dan berpenyakit kulit, serta
engkau dapat melakukan ini dan itu.” Pemuda tersebut pun menjawab,
“Sesungguhnya aku tidaklah dapat menyembuhkan siapa pun. Yang menyembuhkan adalah
Allah.” Mendengar hal itu, raja lalu menindaknya, ia terus menyiksanya, sampai
ditunjukkan pada pendeta yang menjadi gurunya. (Ketika pendeta tersebut
didatangkan), raja pun memerintahkan padanya, “Kembalilah pada ajaranmu!”
Pendeta itu pun enggan. Lantas didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah
kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut.
Setelah itu, sahabat dekat raja didatangkan pula, ia pun diperintahkan hal yang
sama dengan pendeta, “Kembalilah pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Lantas (terjadi
hal yang sama), didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu
dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut.
Kemudian giliran pemuda tersebut
yang didatangkan. Ia diperintahkan hal yang sama, “Kembalikan pada ajaranmu!”
Ia pun enggan. Kemudian anak itu diserahkan kepada pasukan raja. Raja berkata,
“Pergilah kalian bersama pemuda ini ke gunung ini dan itu. Lalu dakilah gunung
tersebut bersamanya. Jika kalian telah sampai di puncaknya, lalu ia mau kembali
pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, lemparkanlah ia dari gunung
tersebut.” Lantas pasukan raja tersebut pergi bersama pemuda itu lalu mendaki
gunung. Lalu pemuda ini berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka
dengan kehendak-Mu.” Gunung pun lantas berguncang dan semua pasukan raja
akhirnya jatuh. Lantas pemuda itu kembali berjalan menuju raja. Ketika sampai, raja
berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut
menjawab, “Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka.” Lalu pemuda ini
dibawa lagi bersama pasukan raja. Raja memerintahkan pada pasukannya, “Pergilah
kalian bersama pemuda ini dalam sebuah sampan menuju tengah lautan. Jika ia mau
kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, tenggelamkanlah dia.”
Mereka pun lantas pergi bersama pemuda ini. Lalu pemuda ini pun berdo’a, “Ya
Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Tiba-tiba sampan
tersebut terbalik, lalu pasukan raja tenggelam. Pemuda tersebut kembali
berjalan mendatangi raja. Ketika menemui raja, ia pun berkata pada pemuda, “Apa
yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta’ala
telah mencukupi dari tindakan mereka.”
Ia pun berkata pada raja, “Engkau
tidak bisa membunuhku sampai engkau memenuhi syaratku.” Raja pun bertanya, “Apa
syaratnya?” Pemuda tersebut berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit.
Lalu saliblah aku di atas sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari
tempat panahku, lalu ucapkanlah, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan
menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu panahlah aku karena jika
melakukan seperti itu, engkau pasti akan membunuhku.” Lantas rakyat pun
dikumpulkan di suatu bukit. Pemuda tersebut pun disalib di pelepah, lalu raja
tersebut mengambil anak panah dari tempat panahnya kemudian diletakkan di
busur. Setalah itu, ia mengucapkan, “Bismillah robbil ghulam, artinya:
dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu dilepaslah dan
panah tersebut mengenai pelipisnya. Lalu pemuda tersebut memegang pelipisnya
tempat anak panah tersebut menancap, lalu ia pun mati. Rakyat yang berkumpul
tersebut lalu berkata, “Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut. Kami beriman
pada Tuhan pemuda tersebut.”
Raja datang, lantas ada yang
berkata, “Apa yang selama ini engkau khawatirkan? Sepertinya yang engkau
khawatirkan selama ini benar-benar telah terjadi. Manusia saat ini telah
beriman pada Tuhan pemuda tersebut.” Lalu raja tadi memerintahkan untuk membuat
parit di jalanan lalu dinyalakan api di dalamnya. Raja tersebut pun berkata,
“Siapa yang tidak mau kembali pada ajarannya, maka lemparkanlah ia ke
dalamnya.” Atau dikatakan, “Masuklah ke dalamnya.” Mereka pun melakukannya,
sampai ada seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini pun begitu tidak berani
maju ketika akan masuk di dalamnya. Anaknya pun lantas berkata, “Wahai ibu,
bersabarlah karena engkau di atas kebenaran.” (HR. Muslim no. 3005).
Semoga kisah ini jadi pelajaran
berharga bagi para pemuda atau remaja.
---
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel RemajaIslam.Com
Label: Agama
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar